Minggu, 27 Desember 2020

Pikatan rt 04

Jika Alloh memberi kekuatan kepadamu untuk berpuasa, maka janganlah memandang rendah orang2 yg tidak berpuasa dgn tatapan menghinakan

Jumat, 06 Maret 2020

DALIL TENTANG TAHLILAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dalil tahlilan kok golek ing kitab Hindu ?
Ini dalilnya simak baik² !
3 hari
7 hari
25 hari
40 hari
100 hari
1000 Hari
Tak henti-hentinya Wahabi Salafi menyalahkan Amaliyah ASWAJA, khususnya di Indonesia ini, Salah satu yang paling sering juga mereka fitnah adalah Tahlilan yang menurutnya tidak berdasarkan Dalil bahkan dianggap rujukannya dari kitab Agama Hindu,
Untuk itu, kali ini saya tunjukkan Dalil-Dalil Tahlilan 3, 7, 25, 40, 100, Setahun & 1000 Hari dari Kitab Ulama Ahlussunnah wal Jamaah, bukan kitab dari agama hindu sebagaimana tuduhan fitnah kaum WAHABI.
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى
Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨
Berkata Umar: “Shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari,
dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari,
dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari,
dan dari pahala 25 sampai 40 harinya,
lalu sedekah dihari ke-40 akan kekal hingga 100 hari,
dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun,
dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”
Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)
Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahlilan ?
Berkumpul ngirim doa adalah bentuk Shodaqoh buat mayyit.
ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮ ﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎما، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ
Ketika Umar menjelang wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib :"Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abu bakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini !”
lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan.
Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110].
Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi:
ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ
Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai ganti dari mereka yang telah meninggal dunia pada hari-hari tersebut.”
ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ
Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”
Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm (IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i berkata bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhirnya beliau berkomentar lagi
ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ
Bacaan alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit, Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa “Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran sampai.
Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan :
ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .
“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di antara para imam”.
Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315)
Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur’an kepada mayyit
ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ
Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”.
Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)
Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi menegaskan;
ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻝُﻩَ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(
“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai mengha tamkan al-Qur’an”.
Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini;
ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )
“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”.
Referensi : (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)
Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya, juga pendapat Imam Ahmad bin Hanbal
ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .
Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.
Referensi : (al-Mughny II/566)
Dalam kitab al Adzkar dijelaskan lebih spesifik lagi seperti di bawah ini :
ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ
Imam Ahmad ibn hambal dan sebagian ulama pengikutnya, dan juga golongan ulama Syafi'iyyah berpendapat "bahwa apa yang dikirimkan kepada mayyit itu sampai kepadanya.
والله أعلم
TahlilanSesuaiSyariat
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Senin, 24 Februari 2020

AMALAN-AMALAN SUNAH DI BULAN ROJAB

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

A6. Membaca “Sayyidul Istighfar” (3× Pagi dan Sore)
اَللَّهُم َّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْـتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّه لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنت
7. Membaca.
اَحْمَدُ رَسُوْلُ اللّٰهِ ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ × ٣٥
(Dibaca 35× pada Hari Jum'at terakhir bulan Rajab saat Khotib diatas mimbar)
(Amaliyah Ijazah Guru Mulia Al Habib Ahmad Bin Abu Bakar Bin Ali Bin Al Imamul Qutbh Ghoust Al Habib Abu Bakar Assegaf Gresik)
🌹 *Fadhilahnya*
"Barangsiapa yang mengamalkannya, maka tidak akan
terputus uang di tangannya ditahun itu (diberi kejembaran rizki uang)".
8. Berdo'a.
قال رسول الله: خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة اول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، ليلة الجمعة، ليلة الفطر، ليلة النحر
Artinya, *"Lima malam yang tidak ditolak didalamnya do'a awal malam Rajab, malam Nisfu Sya'ban, malam Jum'at, malam Idul Fitri, malam Idul Adha".*
📚 Sumber : Kitab Mukasyifatul Qulub, Kanzun Najah & Durratun Nasihin dll.
RAJAB diambil dari kata "tarjib" yang berarti "pengagungan". Ada ulama juga mengatakan RAJAB artinya "Ashab" yang berarti "mengalir/menuang", kenapa demikian karena di bulan RAJAB mengalirnya Rahmat Allaah bagi orang-orang yang bertaubat. ❤
Ulama juga berkata, "Bulan rajab bulan untuk menanam, sya'ban untuk menyiram, ramadhan untuk memanen.
*InsyaAllaah 1 Rajab jatuh pada hari Selasa 25 Februari 2020, maka malam awal bulan rajab adalah hari senin malam selasa tanggal 01/Rajab/1441H.*
Diantara amalan yang baik dilakukan pada bulan Rajab (Bulan Haram/Mulia) :
✨ Puasa.
✨ Istighfar.
✨ Do'a.
Di anjurkan banyak do'a terutama pada malam pertama bulan rajab 🌹
قال صلى الله عليه وسلم : خمس ليال لاترد فيه الدعاء: اول ليلة من رحب، وليلة النصف من شعبان، وليلة الجمعة، وليلة الفطر وليلة النحر.
(اخرجه السيوطى رحمه الله تعالى فى الجامع)
Di bulan rajab ini marilah kita menanam kebaikan sebanyak-banyaknya, Bertaubat kepada Allaah Subhanahu Wa Ta'aala dan meninggalkan maksiat agar kita mendapatkan Ridho-Nya
1. Doa ketika masuk bulan Rajab
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ
Artinya : *"Yaa Allaah berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya'ban, serta perjumpakanlah kami dengan bulan Ramadhan".*
2. Berpuasa dibulan Rajab
🌹Fadhilahnya:
قال رسول الله: من صام ثلا ثة ايام
من شهر حرام كتب له ثواب عباده تسعمائة سنة
Artinya, *"Barangsiapa berpuasa dibulan haram selama tiga hari maka dituliskan baginya pahala ibadah sebanyak 900 tahun."*
🌹Fadilahnya yang lain :
Barangsiapa yang berpuasa
1 hari dalam keadaan beriman dan semata-mata karena Allah maka wajib baginya ridho Allaah,
2 hari para penduduk langit dan bumi tidak bisa mensifatkan keutamaan dan kemuliaannya,
3 hari dijaga dari bala' dunia dan akherat,
7 hari akan di tutup baginya 7 pintu neraka,
8 hari akan di bukakan baginya 8 pintu syurga,
10 hari tidak akan meminta seseorang hamba suatu permintaan kecuali Allaah akan kabulkan doanya,
15 hari Allaah ampuni dosanya yang telah lalu, dan akan Allaah ganti keburukannya dengan kebaikan, dan Allaah tambah lagi pahalanya.
▶ Lafadz Niat puasa sunnah rajab :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ فِى شَهْرِ رَجَبِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى
"Saya niat puasa esok hari di bulan rajab sunah karena Allaah Ta'aala."
3. Membaca Istighfar.
Doa dibaca pagi dan sore di bulan rajab (70×)
ّرب اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ 70×
🌹 Fadhilahnya : *" Barangsiapa yang membaca Istighfar sebanyak 70× dibulan RAJAB maka niscaya kulitnya tidak akan disentuh oleh Api Neraka.*
Ulama berkata, *"Rajab adalah bulan untuk kita memperbanyak istighfar, sya'ban bulan untuk memperbanyak shalawat, ramadhan bulan untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an."*
Maka dari itu perbanyaklah Istighfar dibulan yang mulia ini mintalah ampun kepadaNya.
4. Doa dibaca antara Dzuhur dan Ashar dibulan rajab (70×)
اَسْـتَغْفِرُ الله َ الْعَظِيْمَ الَّذِي لآ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، تَوْبَةَ عَبْدٍ ظَالِمٍ لاَ يَمْلِكُ لِنَفْسِهِ ضَرًّا وَلاَ نَفْعًا وَلاَ مَوْتًا وَلاَ حَيَاةً وَلاَ نُشُوْرًا
5. Dibaca pada 10 hari yang pertama bulan rajab (100×)
سُـبْحَان الله الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ
Dibaca pada 10 hari yang kedua bulan rajab (100×)
سُـبْحَانَ الله ِ اْلأَحَدِ الصَّمَدِ
Dibaca pada 10 hari yang ketiga bulan rajab (100×)
سُـبْحَان الله الرَّؤُوْفِ
6. Membaca “Sayyidul Istighfar” (3× Pagi dan Sore)
اَللَّهُم َّ أَنْتَ رَبِّيْ لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْـتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّه لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنت
7. Membaca.
اَحْمَدُ رَسُوْلُ اللّٰهِ ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ × ٣٥
(Dibaca 35× pada Hari Jum'at terakhir bulan Rajab saat Khotib diatas mimbar)
(Amaliyah Ijazah Guru Mulia Al Habib Ahmad Bin Abu Bakar Bin Ali Bin Al Imamul Qutbh Ghoust Al Habib Abu Bakar Assegaf Gresik)
🌹 *Fadhilahnya*
"Barangsiapa yang mengamalkannya, maka tidak akan
terputus uang di tangannya ditahun itu (diberi kejembaran rizki uang)".
8. Berdo'a.
قال رسول الله: خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة اول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، ليلة الجمعة، ليلة الفطر، ليلة النحر
Artinya, *"Lima malam yang tidak ditolak didalamnya do'a awal malam Rajab, malam Nisfu Sya'ban, malam Jum'at, malam Idul Fitri, malam Idul Adha".*
📚 Sumber : Kitab Mukasyifatul Qulub, Kanzun Najah & Durratun Nasihin dll.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selasa, 18 Februari 2020

ALLAH SWT TIDAK MENYUKAI ORANG YANG ENGGAN BERSHOLAWAT

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
ALLAH SWT TIDAK MENYUKAI ORANG YANG ENGGAN BERSHOLAWAT
1.Dijauhkan dari rahmat Allah 'azza wa jalla
Ada banyak hadits dgn redaksi yg berbeda2 yg menuturkan tentang kejelekan ini, bahwa orang yg enggan bershalawat ketika mendengar nama Rasul disebut akan dijauhkan dari rahmat Allah.
Salah satunya hadits dari Abu Hurairah yg menceritakan bahwa satu ketika Rasulullah naik ke atas mimbar lalu beliau mengucapkan kata aamin hingga tiga kali. Saat ditanyakan perihal tersebut beliau menuturkan bahwa malaikat Jibril baru saja mendatanginya. Ia berkata, “Barangsiapa yg mendapati bulan Ramadhan namun dosanya tidak terampuni maka ia masuk neraka. Semoga Allah menjauhkannya dari rahmat. Katakan âmîn, wahai Muhammad!” Maka kemudian Rasulullah menjawab, “Âmîn.” Kemudian Jibril berkata lagi, “Orang yg mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya lanjut usia lalu ia tidak berbakti kepadanya dan ia meninggal dunia, maka ia masuk neraka. Semoga Allah menjauhkannya dari rahmat. Katakan âmîn!” Maka Rasulullah menjawab, “Âmîn.” Kemudian malaikat Jibril berkata lagi, “Orang yg disebutkan namamu namun ia tak bershalawat kepadamu lalu ia meninggal dunia, maka ia masuk neraka. Semoga Allah menjauhkannya dari rahmat. Katakan âmîn!” Maka Rasulullah menjawab, “Âmîn.”
2. Hidungnya berdebu
---------------------------------
Orang yg tidak mau membaca shalawat saat mendengar nama Rasulullah disebut digambarkan oleh Rasulullah sebagai orang yg hidungnya yg berdebu.
Hadits tentang ini banyak diriwayatkan dalam beragai kitab hadits di antaranya oleh Imam Turmudi:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Artinya: “Berdebu hidung seseorang yg namaku disebut di sisinya namun ia tak mau bershalawat kepadaku.”
Kalimat raghima anfu (hidungnya berdebu) dimaknai oleh sementara ulama sebagai kerendahan dan kehinaan. Imam Qurtubi menjelaskan bahwa kalimat itu bisa bermakna bahwa Allah membanting orang tsb hingga jatuh pada hidungnya dan menghancurkannya. Atau itu bermakna bahwa Allah merendahkan orang tersebut. Hidung merupakan anggota badan yg mulia dan tanah merupakan tempat berpijaknya kaki, maka orang yg hidungnya ditempelkan ke tanah berarti ia telah direndahkan dan dihinakan sedemikian rupa. (Abdullah Sirajudin Al-Husaini, As-Shalâtu ‘alan Naby, [Damaskus: Darul Falah, 1990], hal. 47)
Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang yg enggan membaca shalawat ketika mendengar nama Rasulullah disebut ia adalah orang yg rendah dan hina di hadapan Allah subhânahu wa ta’âla.
3. Orang yang celaka
----------------------------------
Orang yg enggan bershalawat kepada Nabi ketika nama beliau disebutkan ia disebut oleh Rasulullah sebagai orang yg celaka. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ فَقَدْ شَقِيَ
Artinya: “Barangsiapa yg aku disebut di sisinya lalu ia tak bershalawat kepadaku maka ia telah celaka.”
Celaka di sini berarti terhalang dari kebaikan dan jatuh ke dalam keburukan. Orang yang enggan bershalawat ketika nama Rasulullah disebut ia telah menghalangi diri sendiri dari mendapatkan kebaikan dan keutamaan bershalawat yg dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka. Maka dengan enggannya bershalawat ia telah mendekatkan dirinya kepada neraka karena ia tidak mendekatkannya kepada surga.
4. Orang yang bakhil
---------------------------------
Orang yg enggan bershalawat kepada Nabi ketika ia mendnegar nama beliau disebut ia dianggap sebagai orag yg bakhil, orang pelit. Bahkan dalam satu riwayat Rasulullah menyebutnya sebagai orang yg paling pelit.
Imam An-Nasa’i meriwayat satu hadits:
الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
Artinya:
Orang yg bakhil adalah orang yang ketika aku disebut di sisinya lalu ia tidak bersholawat kepadaku.” (HR. An-Nasai)
Orang yg bakhil adalah yang tidak mau memenuhi hak orang lain yg menjadi kewajibannya. Sebaliknya orang yg mau memenuhi kewajibannya secara sempurna tidak disebut sebagai orang bakhil.
Rosulullah ﷺ adalah orang yg menjadi sebab sebab didapatkannya kebahagiaan dunia dan akherat. Beliau datang sebagai orang yg memberi petunjuk dan rahmat bagi alam semesta. Beliau juga penyelamat bagi manusia dari kejelekan dan kerusakan dunia dan penyelamat di akherat dari segala hal yg tidak disukai dan dari siksaan apai neraka. Bila demikian adanya, tidakkah beliau berhak untuk diagungkan? Tidakkah beliau berhak untuk dihormati ketika namanya dituturkan?
Rasulullah adalah orang yg paling berhak untuk diagungkan dan dihormati dengan sebaik2 pengagungan dan penghormatan. Maka bila seorang yg mendengar nama beliau disebut lalu ia enggan mengagungkannya dgn bershalawat, tidakkah ia pantas disebut sebagai orang yg pelit, bahkan orang yg paling pelit?
5. Salah jalan ke surga
-----------------------------------
Imam At-Thabrani di dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabîr meriwayatkan sebuah hadits:
مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَخَطِئَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ؛ خَطِئَ طَرِيقَ الْجَنَّةِ
Artinya: “Barangsiapa yg aku disebut di sisinya lalu luput ia tak bershalawat kepadaku maka ia telah salah jalan ke surga.”
Tidak diragukan bahwa orang yg salah jalan menuju surga maka ia tidak mendapatkan petunjuk jalan menujunya. Yang terpampang di depannya adalah jalan menuju neraka. Karena di akherat kelak tak ada jalan lain selain dua jalan yg menuju ke surga dan yg ke neraka.
6. Orang yang kasar perangainya
------------------------------------
Abdur Razaq As-Shan’ani di dalam kitab Mushannaf-nya meriwayatkan sebuah hadits:
مِنَ الْجَفَاءِ أَنْ أُذْكَرَ عِنْدَ الرَّجُلِ فَلَا يُصَلِّي عَلَيَّ
Artinya: “Termasuk kasarnya perangai adalah ketika aku disebut di sisi seseorang lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”
As-Sakhawi mengartikan kata Al-Jafâ’ sebagai meninggalkan kebaikan dan silaturahmi. Kata Al-Jafâ’ secara mutlak juga berarti kerasnya perangai. Orang yg keras perangainya, yg meninggalkan kebaikan dan silaturahmi, jauh dari dari Rasulullah Muhammad ﷺ.
Dari berbagai hadits di atas yg menuturkan berbagai kejelekan bagi orang yang enggan bershalawat kepada Nabi saat nama beliau disebut para ulama mengambil satu kesimpulan bahwa adalah wajib hukumnya membaca shalawat kepada Nabi manakala nama beliau disebutkan.
Wallahu a'lam
---------------------------------
Semoga kita adalah orang yang Selalu bersolawat tatkala nama Baginda ROSULALLAH ﷺ disebut karena itu adalah salah bentuk adab kita kepada Baginda ROSULALLAH ﷺ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞ الفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ ۞ وَالخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ ۞ نَاصِرِ الحَقِّ بِالحَقِّ ۞ وَالهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ المُسْتَقِيمِ ۞ وَعَلَى آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيمِ ۩

والسلام عليكم

Sabtu, 01 Februari 2020

Tiga Jenis Manusia Menurut Imam Al Ghozali

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
3 JENIS MANUSIA MENURUT IMAM AL-GHAZALI
Imam Al-Ghazali mengatakan:
“Ketahuilah, sungguh, orang yang tenggelam dalam urusan duniawi yang penuh dengan tipu daya, dan mencintai kesenangan-kesenangannya, pasti kalbunya akan lalai untuk mengingat kematian. Akibatnya, jika diingatkan tentang kematian, ia justru tidak suka, bahkan membencinya.
Mereka ini, persis seperti orang yang disindir dalam Al-Qur’an: ”Katakanlah: ‘Sesungguhnya maut yang kalian lari darinya pasti akan menjumpai kalian, lalu kalian semua akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan nyata. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada kalian apa-apa yang kalian lakukan.” (QS Al-Jumuah: 8).
Manusia pada dasarnya terbagi menjadi 3 golongan, yakni: orang yang tenggelam dalam urusan duniawi, orang yang bertobat, dan orang yang telah mencapai maqam ‘arif.
Pertama: Orang yang tenggelam dalam urusan duniawi tidak akan ingat tentang kematian. Dan, kalaupun dia mengingatnya, pasti ia lakukan sambil mengingat dunianya. Ini akan membuatnya semakin jauh dari Allah.
Kedua: Orang yang bertobat itu akan memperbanyak mengingat kematian, sehingga dalam kalbunya lahir rasa takut dan gentar. Hal ini akan semakin menguatkan kesempurnaan tobatnya. Boleh jadi, dia merasa takut pada datangnya kematian, tapi hal tersebut lebih didorong oleh rasa takut bahwa kematian itu akan datang di saat tobatnya dirasakan belum sempurna, dan bekalnya untuk kehidupan akhirat belum cukup. Rasa takut mati pada orang seperti itu masih bisa dimaklumi, dan dia tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang disebut dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak membenci pertemuan dengan maut atau pertemuan dengan Allah. Tapi, dia hanya takut jangan-jangan dia bertemu dengan Allah dalam keadaan yang kurang sempurna dan lalai. Dia laksana orang yang terlambat bertemu dengan kekasihnya, karena sibuk mempersiapkan diri supaya pertemuan itu mendatangkan kecintaan sang kekasih. Jadi, dia tidak bisa dianggap keberatan terhadap pertemuan tersebut.
Ciri khas orang yang bertobat adalah fokus pada persiapan untuk pertemuan dengan Rabb-nya dan mengurangi perhatian kepada hal-hal yang lain. Kalau tidak seperti itu, berarti dia termasuk orang yang tenggelam dalam urusan duniawi semata.
Ketiga: Orang yang ‘Arif adalah orang yang selalu mengingat kematian, karena baginya kematian adalah saat bertemu dengan Sang Kekasih. Dan, orang yang telah dimabuk cinta tak akan pernah lupa dengan janji bertemu dengan orang yang dicintainya. Orang seperti itu biasanya merasakan datangnya kematian begitu lambat, dan dia sangat gembira saat kematian datang. Sebab, dengan begitu dia bisa segera meninggalkan dunia, tempat tinggal orang-orang durhaka. Dia lebih memilih untuk berada di sisi Rabb semesta alam.
Hal ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah. Menjelang kematiannya, Hudzaifah-Al-Yamani mengatakan: “Sang Kekasih datang kepada orang yang papa (lemah). Dan, tidaklah beruntung orang yang baru menyesal pada saat seperti itu. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa miskin lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan mati lebih aku sukai daripada hidup, tolong mudahkanlah kematianku supaya aku bisa segera bertemu dengan-Mu.”
--Imam Al-Ghazali dalam kitab Dzikir al-Maut wa Ba’dahu, Ihya Ulumuddin.
Allahuma sholi 'ala sayyidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

SABAR

ASSALAMU'ALAIKUM. Hadist tentang Sabar yang Perlu di teladani Sabar merupakan perilaku terpuji yang sangat disukai Allah Swt. Umat mu...